Di saat manusia haus akan beningnya ilmu
pengetahuan, di saat api penjajah teringat segar dalam ingatan, dibumi kallaban
kecamatan Guluk-guluk Kabupaten sumenep, tepatnya pada hari sabtu tgl 14 R.
Tsani 1375 H / 39 November 1955 M, lahirlah seorang bocah, cerdas dan
lincah, ia penyejuk jiwa penerang hati yang sedang di landa berbagai macam
cobaan dan mushibah, ia sosok harismatik yang disegani ummat, ia panorama
bangsa, ia halus sehalus namanya, ia adalah M. HARIRI ROIS IBROHIM.
Selain ia memang terlahir dari keluarga
berdarah biru yang penuh dengan nuansa religi dan ilmu pengetahuan, dimasa
kecilnya, selama beberapa tahun ia pernah mengenyam pendidikan keagamaan di
PP.ANNUQOYAH Guluk-guluk sumenep. Ia juga senang bermain sebagaimana anak kecil
biasanya. Mulai mencari buah-buahan yang jatuh dari pohonnya ataupun permainan
lainnya. Akan tetapi walau ia senang bermain sebagaimana teman-temannya, namun
anehnya ia selalu hafal serta faham dengan detail akan beberapa mata pelajaran
yang menjadi kawajibannya.
Belum lulus dari lembaga ANNUQOYAH
Guluk-guluk, lalu beliau melanjutkan pendidikannya itu dirumahnya sendiri PP. AL
IS'AF Kallaban yang baru saja didirikan oleh K.H. HABIBULLAH RO'IS sebagai
kakaknya sekaligus gurunya.
Dipondok pesantren Al-Is'af inilah KH. HARIRI
muda, meneruskan pendidikannya dengan begitu serius rajin tak terkalahkan.
Hingga walau beliau belajar dirumahnya sendiri seakan-akan mondok didaerah yang
jauh dari tanah kelahirannya. Mengapa tidak …? Meski ia dirumahnya sendiri, ia
ternyata tidak pulang kedalemnya kecuali pada saat-saat liburan. Ia juga minta
kiriman beras dan lain sebagainya sebagaimana santri-santri yang yang sedang
mondok disana. Beliau pernah bercerita: bahwa disaat beliau sedang makan, ia
tidak akan melakukan umpatannya kecuali setelah menghafal satu bait Alfiah Ibnu Malik. bahkan konon, beliau mempunyai keinginan untuk melakukan
tirakat atau bersemedi diatas pohon sawu yang ada disekitar lokasi PP. AL IS'AF untuk
menghafal Al-Fiah dan mata pelajaran lainnya. Dari keinginan dan kerajinan
inilah ilmu pengetahuan beliau terus mengalir deras bagaikan hujan lebat yang
turun dari langit.
DI- BANYUANYAR
Setelah beberapa tahun di Al-Is'af, kira-kira
pada tahun 1970-an M. beliau memilih untuk melanjutkan setudinya ke PP. BANYUANYAR kabupaten Pamekasan disebelah barat kabupaten Sumenep. Dipondok pesantren yang
kita kenal dengan sebutan PP. AL HAMIDI ini, beliau tidak begitu lama. Akan
tetapi dalam waktu yang relative singkat itu, beliau mampu menunjukkan
kecerdasan serta kealimannya yang tak tertandingi. Konon saat KH.
BAKIR sebagai pengasuh saat itu mengajar pada santri-santri senior, beliau
mencoba menanyakan tentang masalah ilmu Nahwu yang tak satupun antara santri
senior mampu menjawabnya. Akan tetapi setelah KH. BAKIR mangajukaanya kapada KH.
HARIRI muda yang masih berstatus santri baru, ternyata dapat menjawabnya
dengan begitu santai dan penuh dengan keyakinan. Dengan kecerdasan dan
kealiman yang ia miliki ini, para santri senior itu tidak lagi menyepelekannya
dan terus mendekatinya. Kira-kira 6-7 bulan kemudian, beliau kembali lagi ke PP.
AL IS'AF Kalabaan Guluk-guluk tanah kelahirannya.
DI- SIDOGIRI
"usaha yang gigih, adalah
merupakan barometer primer demi untuk tercapainya cita-cita yang luhur".
Kata bijak inilah yang mungkin tertancap dalam hati sanubari KH. HARIRI RO'IS
muda. Terbukti, tepatnya pada tanggal 12 Syawal tahun 1972 M. beliau yang telah
alim itu, masih meneruskan studinya ke PP. SIDOGIRI Pasuruan Jawa Timur. Di
SIDOGIRI, beliau hanya mengikuti pengajian sorogan kitab salaf yang di asuh oleh
KH. KHOLIL NAWAWI sebagai pengasuh PP. SIDOGIRI kala itu. Ke aliman dan
kejeliannya terhadap ilmu agama yang beliau miliki terus mengalami perkembangan
yang sangat pesat. Konon, figur yang
langsung dipercaya menjadi berbagai macam pimpinan keagamaan di sidogori itu,
pernah mengeluarkan slogan "barang siapa yang ingin menanyakan tentang
ilmu nahwu kepada saya, akan saya jawab walau baru saja bangun dari tidur".
Benar memang ketika penulis profil ini mengaji Alfiah Ibnu Malik kepada beliau,
walau ngantuk sedang menyapanya, ternyata pembacaan Alfiah yang beliau asuh
tetap saja berjalan lancar dan terus nyambung sebagaimana beliau saat segar
bugar.
Beliau memang benar-benar sosok Warostatul
Anbiya' yang tabah dan sabar. selama beliau mondok Di SIDOGIRI
kirimannya hanya sekitar Rp 1500-2500. Sedangkan kiriman teman-temannya minimal
Rp 7000-15000. Akan tetapi kiriman yang sangat menghimpit tidak pernah menjadi
penghalang dan rintangan akan kerajinan beliau. Konon, sebelum beliau berangkat
menuju aktivitas ngaji yang diasuh oleh KH. KHOLIL NAWAWI sebagai guru
kesayangannya itu, terlebih dahulu beiau memasak berasnya untuk dimakan setelah
pengajiannya selesai. Dan setelah turun dari aktivitasnya itu, bliaw
langsung bergegas menuju warung untuk membeli lauk pauk yang akan dimakan
setibanya dikamar. Akan tetapi, ternyata nasi yang telah dimasak sebelumnya,
telah dimakan oleh santri lain yang tak diketahui rimbanya. Hal seperti ini
tidak hanya satu kali yang menimpanya. Namun sosok penyejuk jiwa ini selalu
menghadapi dengan kesabaran ketabahan sembari mengatakan "mungkin saja,
yang memakan nasi saya itu lebih butuh daripada saya". Subhanallah…..! beliau
memang sosok yang lebih memperioritaskan kepentingan orang lain. Bahkan konon,
saat beliau pulang dari SIDOGIRI bersama KH. MUHSIN Ganding serta KH. NAHDLI
RO'IS adiknya sendiri, sesampainya di KAMAL bangkalan ternyata uangnya tidak
cukup untuk transport menuju Guluk-guluk Sumenep. Akhirnya KH. HARIRI muda
memutuskan untuk menjual bajunya, dan langsung menawarkan bajunya pada
salah seorang yang beliau maksud, ternyata bapak sopir BIS mendekatinya seraya
berkata "sudahlah baju itu tidak usak kamu jual, naiklah keatas bis
ini dan jangan bilang pada penumpang yang lain bahwa kalian bertiga mendapat
potongan transport dari saya". Itulah KH. HARIRI muda figur penolong
yang merelakan kepentingan dan milik pribadinya demi kebahagiaan orang lain
yang disekitarnya.
Dipondok pesantren yang terus memegang teguh
kesalafan ini, KH. HARIRI RO'IS tidak
begitu lama hanya sekitar 3 tahun. Tepatnya pada tahun 1974 M. atas
permintaan sebagian keluarganya untuk segera melakukan sunnah, beliau boyong
dari PONDOK PESANTREN yang menjadi patokan lembaga-lembaga salaf di indonisia
ini.
MENIKAH
"Menikah adakah langkahku. Barang
siapa yang membencinya, ia adalah bukan ummatku". Begitulah kata
Nabi Muhammad SAW.
Kira-kira
pada tahun 1975 M. KH. HARIRI melakukan mahligai pernikahan dengan
perempuan pejuang yang juga berdarah sumenep. Bersama istri tercintanya beliau sedikit demi sedikit memperjuangkan "KALIMATULLAH" di kota
kelahiran pendamping setianya itu.
MENDIRIKAN LEMBAGA SALAF
Dari hari kehari dari minggu keminggu, dari
bulan kebulan hingga tahun ketahun waktu terus saja bergulir. Dengan perjuangan
yang penuh dengan taruhan dengan halangan dan rintangan yang tak terbantahkan,
kira-kira pada tahun 1976 M KH. HARIRI mendirikan pondok pesantren salaf tulen
yang tumbuh di-tengah-tengah hiruk pikuk kemodrenan yang kian mendilema. Pondok
pesantren yang beliau rintis ini akhirnya dikenal dengan sebutan kebanggaannya
PONDOK PESANTREN AL MUQRI ASSALAFI.
Dengan bermodalkan tabah serta sabar yang
memang menjadi krakter bliau, pondok pesantren Al-Muqri As-Salafi terus
mengalami perkembangan yang segnifikan.
Pondok pesantren yang berdiri diatas sebidang
tanah yang tidak begitu luas ini, telah menampung ratusan santri yang berasal
dari pulau jawa maupun Madura. Jumlah santri yang masih ratusan ini Al-Hamdulillah para santri-santrinya dapat bersaing dengan berbagai santri yang
dimiliki oleh pondok-pondok salaf yang telah lama bergengsi. KH. HARIRI ROIS
figur harismatik ini, sangatlah kreatif dalam mendidik para santri. Beliau
tidak pernah merasa lelah meladeninya. Meski beliau baru datang dari undangannya,
aktivitas mengajarnya terus saja di lanjutkan sekalipun jam dingding
menunjukkan jam 12 malam. Bahkan terkadang, hingga pembacaan QIRO'AH shalat
shubuh dikemandangkan baru saja aktivitas kesayangannya itu diturunkan. Bliau tidak pernah meliburkan pengajiaannya walau
beliau sedang sakit, kecuali keadaan kondisi tubuhnya sangat tidak memungkinkan.
Figur yang sering memperingati melalu mimpi
ini, memulai aktivitas mengajar para santri kesayangannya, saat jam dingding
menunjukkan pukul 8 siang hingga jam satu siang atau setengah 2 siang. Setelah
adzan ashar dikumandangkan, beliau kembali lagi duduk dimeja tugasnya untuk
kembali ngupeni para calon-calon ustadz untuk periode yang akan datang. Setelah
berjama'ah shalat maghrib beliau lakukan bersama-sama para santri, beliau juga
mengajar pembacaan Al-Quran. Lalu setelah bersama-sama shalat berjam'ah Isyak
beliau lakukan, beliau menuju majelis taklim untuk kemblai melatih para santri
cilik membaca kitab klasik yang bertuliskan arab, hingga jam dingding
menunjukkan jam 10 malam. Setelah itu para santri senior berbondong
menggantikan kedudukan para santri cilik untuk melakukan pengajian sorogan yang
diasuh langsung oleh beliau hingga jam 1 malam atau terkadang hingga Qiro'ah
shubuh. Aktivitas non stop seperti inilah yang terus beliau perjuangkan
selama kurang lebih 30 tahun di pondok pesantren yang beliau rintis itu.
DIDERITA PENYAKIT
Pada awal tahun pelajaran baru, tepatnya pada
bulan syawal 1427 H cobaan berupa penyakit menghawatirkan mulai menyapa beliau.
Namun beliau tidak pernah merasa terganggu akan cobaan itu, beliau terus saja
melanjutkan perjuangannya demi cerahnya sang santri dimasa depan. Cobaan itu
tambah hari tambah meraja lela, akan tetapi beliau justru tambah antusias dan
terus bersemangat mendidik para santri-santrinya dan tak pernah diliburkan
walau sang pengasuh sambil berbaring karena sudah tidak bisa mengajarnya dengan
duduk. Seiring dengan perjalanan sang waktu yang tak pernah berhenti, penyakit
yang menghinggapinya terus menyertai aktivitas beliau hingga akhir tahun
pelajaran pondok pesantren AL-MUQRI ASSALAFI resmi ditutup atau yang bertepatan
dengan perayaan HIAS pada tahun 1428. Saat perayaan HIAS (Haflah Imtihan Akhir
Sanah) ini, penyakit yang beliau derita sangat menakutkan. Hingga pada saat
inilah sang pengasuh yang merindui perayaan lomba baca kitab salaf ciri has
PP. AL MUQRI ASSALAFI, beliau tidak dapat menghadirinya, beliau hanya bisa
menikmati lomba itu melalui RIDIO FM yang dipancar luaskan oleh studio
lantai II PP. AL MUQRI ASSALAFI.
Penyakit yang tak kunjung sembuh itu,
akhirnya menuntut beliau untuk melakukan perwatan di RSU dikabupaten pamekasan. Walau
penyakit yang dideritanya tak kunjung reda dan terus mengganggunya, di rumah
sakit itu beliau sering menampakkan senyumannya pada tamu-tamu yang sedang
menjenguknya. Begitulah sosok yang selalu tersenyum itu, selalu berusaha untuk
menanpakkan cerah ceria dan bahagia dihadapan orang lain yang sedang berada
didepannya.
WAFAT
"Inna Lillahi Wainna Ilaihi
Roji'un". Tepatnya pada malam kamis 19 ramadlan 1499 H/12
oktober 2006 M beliau keburu pergi menuju Rohmatullah. Gemuruh
pembacaan surat YASIN serta deraian airmata yang diiringi isak tangisan, selalu
terdengar di majelis taklim sambil menunggu kedatangan janazah beliau dari RSU
pamekasan. Disaat bliau dibawa ke arena pemakaman di konplek Al-Muqri
assalafi, janazah beliau sempat membuat air mata mengalir deras tak tertahankan.
Kini hanya tinggal harapan indah untuk bersamanya. Kini hanya tinggal mimpi
indah untuk mengais siraman berkah darinya. Do'aku kan selalu mengiringimu
wahai guruku. Semoga amal baikmu terkabulkan segala kekhilafanmu dianpunkan.
Bahtera cahaya berkahmu selalu kami nantikan dan panggillah kami sabagai
santrimu dalam sorga nanti.
Setelah beliau wafat, maka KH. BADRUZZAMAN
putra kesayangannya yang dilahirkan pada tahun 1876 M yang tak diragukan lagi
kecerdasan serta kelincahannya ini, duduk sebagai pengasuh, menjadi pengasuh
kedua di PP. AL MUQRI ASSALAFI .
Sebuah lembaga pendidikan yang tinggal pergi
oleh pengasuhnya, biasa terlebih dahulu mengalami kemandekan. Akan tetapi kebiasaan ini tidaklah sempat
menyapa PP. AL MUQRI ASSALAFI yang di
asuh oleh KH. BADRUZZAMAN sebagai santri jebolan PP. AL ANWAR Sarang ini.
Pengasuh muda yang menguasai segala bidang
ilmu ini, tak sedikitpun membuat PP. ALMUQRI ASSALAFI bergeser dari garis lurus
yang telah ditorehkan oleh pendirinya. Bahkan saat kepengasuhan kiai muda yang
juga jebolan PP. LIRBOYO ini pondok pesantren Al-Muqri As-Salafi terus mengalami
perkembangan yang sangat pesat. Berbagai macam kegiatan dipondok pesantren yang
terus memegang teguh kesalafan ini terus dilakukan dengan begitu serius.