Kamis, 06 Desember 2012

SEJARAH HIDUP Alm.K.H. HARIRI ROIS


Di saat manusia haus akan beningnya ilmu pengetahuan, di saat api penjajah teringat segar dalam ingatan, dibumi kallaban kecamatan Guluk-guluk Kabupaten sumenep, tepatnya pada hari sabtu tgl 14 R. Tsani 1375 H / 39 November 1955 M, lahirlah seorang bocah, cerdas dan lincah, ia penyejuk jiwa penerang hati yang sedang di landa berbagai macam cobaan dan mushibah, ia sosok harismatik yang disegani ummat, ia panorama bangsa, ia halus sehalus namanya, ia adalah M. HARIRI ROIS IBROHIM.
Selain ia memang terlahir dari keluarga berdarah biru yang penuh dengan nuansa religi dan ilmu pengetahuan, dimasa kecilnya, selama beberapa tahun ia pernah mengenyam pendidikan keagamaan di PP.ANNUQOYAH Guluk-guluk sumenep. Ia juga senang bermain sebagaimana anak kecil biasanya. Mulai mencari buah-buahan yang jatuh dari pohonnya ataupun permainan lainnya. Akan tetapi walau ia senang bermain sebagaimana teman-temannya, namun anehnya ia selalu hafal serta faham dengan detail akan beberapa mata pelajaran yang menjadi kawajibannya.
Belum lulus dari lembaga ANNUQOYAH Guluk-guluk, lalu beliau melanjutkan pendidikannya itu dirumahnya sendiri PP. AL IS'AF Kallaban yang baru saja didirikan oleh K.H. HABIBULLAH RO'IS sebagai kakaknya sekaligus gurunya.
Dipondok pesantren Al-Is'af inilah KH. HARIRI muda, meneruskan pendidikannya dengan begitu serius rajin tak terkalahkan. Hingga walau beliau belajar dirumahnya sendiri seakan-akan mondok didaerah yang jauh dari tanah kelahirannya. Mengapa tidak …? Meski ia dirumahnya sendiri, ia ternyata tidak pulang kedalemnya kecuali pada saat-saat liburan. Ia juga minta kiriman beras dan lain sebagainya sebagaimana santri-santri yang yang sedang mondok disana. Beliau pernah bercerita: bahwa disaat beliau sedang makan, ia tidak akan melakukan umpatannya kecuali setelah menghafal satu bait Alfiah Ibnu Malik. bahkan konon, beliau mempunyai keinginan untuk melakukan tirakat atau bersemedi diatas pohon sawu yang ada disekitar lokasi PP. AL IS'AF untuk menghafal Al-Fiah dan mata pelajaran lainnya. Dari keinginan dan kerajinan inilah ilmu pengetahuan beliau terus mengalir deras bagaikan hujan lebat yang turun dari langit.

DI- BANYUANYAR
Setelah beberapa tahun di Al-Is'af, kira-kira pada tahun 1970-an M. beliau memilih untuk melanjutkan setudinya ke PP. BANYUANYAR kabupaten Pamekasan disebelah barat kabupaten Sumenep. Dipondok pesantren yang kita kenal dengan sebutan PP. AL HAMIDI ini, beliau tidak begitu lama. Akan tetapi dalam waktu yang relative singkat itu, beliau mampu menunjukkan kecerdasan serta kealimannya yang tak tertandingi. Konon saat KH. BAKIR sebagai pengasuh saat itu mengajar pada santri-santri senior, beliau mencoba menanyakan tentang masalah ilmu Nahwu yang tak satupun antara santri senior mampu menjawabnya. Akan tetapi setelah KH. BAKIR mangajukaanya kapada KH. HARIRI muda yang masih berstatus santri baru, ternyata dapat menjawabnya dengan begitu santai dan penuh dengan keyakinan. Dengan kecerdasan dan kealiman yang ia miliki ini, para santri senior itu tidak lagi menyepelekannya dan terus mendekatinya. Kira-kira 6-7 bulan kemudian, beliau kembali lagi ke PP. AL IS'AF Kalabaan Guluk-guluk tanah kelahirannya.

DI- SIDOGIRI
"usaha yang gigih, adalah merupakan barometer primer demi untuk tercapainya cita-cita yang luhur". Kata bijak inilah yang mungkin tertancap dalam hati sanubari KH. HARIRI RO'IS muda. Terbukti, tepatnya pada tanggal 12 Syawal tahun 1972 M. beliau yang telah alim itu, masih meneruskan studinya ke PP. SIDOGIRI Pasuruan Jawa Timur. Di SIDOGIRI, beliau hanya mengikuti pengajian sorogan kitab salaf yang di asuh oleh KH. KHOLIL NAWAWI sebagai pengasuh PP. SIDOGIRI kala itu. Ke aliman dan kejeliannya terhadap ilmu agama yang beliau miliki terus mengalami perkembangan yang sangat pesat. Konon, figur  yang langsung dipercaya menjadi berbagai macam pimpinan keagamaan di sidogori itu, pernah mengeluarkan slogan "barang siapa yang ingin menanyakan tentang ilmu nahwu kepada saya, akan saya jawab walau baru saja bangun dari tidur". Benar memang ketika penulis profil ini mengaji Alfiah Ibnu Malik kepada beliau, walau ngantuk sedang menyapanya, ternyata pembacaan Alfiah yang beliau asuh tetap saja berjalan lancar dan terus nyambung sebagaimana beliau saat segar bugar.
Beliau memang benar-benar sosok Warostatul Anbiya' yang tabah dan sabar. selama beliau mondok Di SIDOGIRI kirimannya hanya sekitar Rp 1500-2500. Sedangkan kiriman teman-temannya minimal Rp 7000-15000. Akan tetapi kiriman yang sangat menghimpit tidak pernah menjadi penghalang dan rintangan akan kerajinan beliau. Konon, sebelum beliau berangkat menuju aktivitas ngaji yang diasuh oleh KH. KHOLIL NAWAWI sebagai guru kesayangannya itu, terlebih dahulu beiau memasak berasnya untuk dimakan setelah pengajiannya selesai. Dan setelah turun dari aktivitasnya itu, bliaw langsung bergegas menuju warung untuk membeli lauk pauk yang akan dimakan setibanya dikamar. Akan tetapi, ternyata nasi yang telah dimasak sebelumnya, telah dimakan oleh santri lain yang tak diketahui rimbanya. Hal seperti ini tidak hanya satu kali yang menimpanya. Namun sosok penyejuk jiwa ini selalu menghadapi dengan kesabaran ketabahan sembari mengatakan "mungkin saja, yang memakan nasi saya itu lebih butuh daripada saya". Subhanallah…..! beliau memang sosok yang lebih memperioritaskan kepentingan orang lain. Bahkan konon, saat beliau pulang dari SIDOGIRI bersama KH. MUHSIN Ganding serta KH. NAHDLI RO'IS adiknya sendiri, sesampainya di KAMAL bangkalan ternyata uangnya tidak cukup untuk transport menuju Guluk-guluk Sumenep. Akhirnya KH. HARIRI muda memutuskan untuk menjual bajunya, dan langsung menawarkan bajunya pada salah seorang yang beliau maksud, ternyata bapak sopir BIS mendekatinya seraya berkata "sudahlah baju itu tidak usak kamu jual, naiklah keatas bis ini dan jangan bilang pada penumpang yang lain bahwa kalian bertiga mendapat potongan transport dari saya". Itulah KH. HARIRI muda figur penolong yang merelakan kepentingan dan milik pribadinya demi kebahagiaan orang lain yang disekitarnya.
Dipondok pesantren yang terus memegang teguh kesalafan ini, KH. HARIRI RO'IS  tidak begitu lama hanya sekitar 3 tahun. Tepatnya pada tahun 1974 M. atas permintaan sebagian keluarganya untuk segera melakukan sunnah, beliau boyong dari PONDOK PESANTREN yang menjadi patokan lembaga-lembaga salaf di indonisia ini.

MENIKAH
"Menikah adakah langkahku. Barang siapa yang membencinya, ia adalah bukan ummatku". Begitulah kata Nabi Muhammad SAW.
 Kira-kira pada tahun 1975 M. KH. HARIRI melakukan mahligai pernikahan dengan perempuan pejuang yang juga berdarah sumenep. Bersama istri tercintanya beliau sedikit demi sedikit memperjuangkan "KALIMATULLAH" di kota kelahiran pendamping setianya itu.

MENDIRIKAN LEMBAGA SALAF
Dari hari kehari dari minggu keminggu, dari bulan kebulan hingga tahun ketahun waktu terus saja bergulir. Dengan perjuangan yang penuh dengan taruhan dengan halangan dan rintangan yang tak terbantahkan, kira-kira pada tahun 1976 M KH. HARIRI mendirikan pondok pesantren salaf tulen yang tumbuh di-tengah-tengah hiruk pikuk kemodrenan yang kian mendilema. Pondok pesantren yang beliau rintis ini akhirnya dikenal dengan sebutan kebanggaannya PONDOK PESANTREN AL MUQRI ASSALAFI.


Dengan bermodalkan tabah serta sabar yang memang menjadi krakter bliau, pondok pesantren Al-Muqri As-Salafi terus mengalami perkembangan yang segnifikan.
Pondok pesantren yang berdiri diatas sebidang tanah yang tidak begitu luas ini, telah menampung ratusan santri yang berasal dari pulau jawa maupun Madura. Jumlah santri yang masih ratusan ini Al-Hamdulillah para santri-santrinya dapat bersaing dengan berbagai santri yang dimiliki oleh pondok-pondok salaf yang telah lama bergengsi. KH. HARIRI ROIS figur harismatik ini, sangatlah kreatif dalam mendidik para santri. Beliau tidak pernah merasa lelah meladeninya. Meski beliau baru datang dari undangannya, aktivitas mengajarnya terus saja di lanjutkan sekalipun jam dingding menunjukkan jam 12 malam. Bahkan terkadang, hingga pembacaan QIRO'AH shalat shubuh dikemandangkan baru saja aktivitas kesayangannya itu diturunkan. Bliau  tidak pernah meliburkan pengajiaannya walau beliau sedang sakit, kecuali keadaan kondisi tubuhnya sangat tidak memungkinkan.
Figur yang sering memperingati melalu mimpi ini, memulai aktivitas mengajar para santri kesayangannya, saat jam dingding menunjukkan pukul 8 siang hingga jam satu siang atau setengah 2 siang. Setelah adzan ashar dikumandangkan, beliau kembali lagi duduk dimeja tugasnya untuk kembali ngupeni para calon-calon ustadz untuk periode yang akan datang. Setelah berjama'ah shalat maghrib beliau lakukan bersama-sama para santri, beliau juga mengajar pembacaan Al-Quran. Lalu setelah bersama-sama shalat berjam'ah Isyak beliau lakukan, beliau menuju majelis taklim untuk kemblai melatih para santri cilik membaca kitab klasik yang bertuliskan arab, hingga jam dingding menunjukkan jam 10 malam. Setelah itu para santri senior berbondong menggantikan kedudukan para santri cilik untuk melakukan pengajian sorogan yang diasuh langsung oleh beliau hingga jam 1 malam atau terkadang hingga Qiro'ah shubuh. Aktivitas non stop seperti inilah yang terus beliau perjuangkan selama kurang lebih 30 tahun di pondok pesantren yang beliau rintis itu.

DIDERITA PENYAKIT
Pada awal tahun pelajaran baru, tepatnya pada bulan syawal 1427 H cobaan berupa penyakit menghawatirkan mulai menyapa beliau. Namun beliau tidak pernah merasa terganggu akan cobaan itu, beliau terus saja melanjutkan perjuangannya demi cerahnya sang santri dimasa depan. Cobaan itu tambah hari tambah meraja lela, akan tetapi beliau justru tambah antusias dan terus bersemangat mendidik para santri-santrinya dan tak pernah diliburkan walau sang pengasuh sambil berbaring karena sudah tidak bisa mengajarnya dengan duduk. Seiring dengan perjalanan sang waktu yang tak pernah berhenti, penyakit yang menghinggapinya terus menyertai aktivitas beliau hingga akhir tahun pelajaran pondok pesantren AL-MUQRI ASSALAFI resmi ditutup atau yang bertepatan dengan perayaan HIAS pada tahun 1428. Saat perayaan HIAS (Haflah Imtihan Akhir Sanah) ini, penyakit yang beliau derita sangat menakutkan. Hingga pada saat inilah sang pengasuh yang merindui perayaan lomba baca kitab salaf ciri has PP. AL MUQRI ASSALAFI, beliau tidak dapat menghadirinya, beliau hanya bisa menikmati lomba itu melalui RIDIO FM yang dipancar luaskan oleh studio lantai II PP. AL MUQRI ASSALAFI.
Penyakit yang tak kunjung sembuh itu, akhirnya menuntut beliau untuk melakukan perwatan di RSU dikabupaten pamekasan. Walau penyakit yang dideritanya tak kunjung reda dan terus mengganggunya, di rumah sakit itu beliau sering menampakkan senyumannya pada tamu-tamu yang sedang menjenguknya. Begitulah sosok yang selalu tersenyum itu, selalu berusaha untuk menanpakkan cerah ceria dan bahagia dihadapan orang lain yang sedang berada didepannya.

WAFAT
"Inna Lillahi Wainna Ilaihi Roji'un". Tepatnya pada malam kamis 19 ramadlan 1499 H/12 oktober 2006 M beliau keburu pergi menuju Rohmatullah. Gemuruh pembacaan surat YASIN serta deraian airmata yang diiringi isak tangisan, selalu terdengar di majelis taklim sambil menunggu kedatangan janazah beliau dari RSU pamekasan. Disaat bliau dibawa ke arena pemakaman di konplek Al-Muqri assalafi, janazah beliau sempat membuat air mata mengalir deras tak tertahankan. Kini hanya tinggal harapan indah untuk bersamanya. Kini hanya tinggal mimpi indah untuk mengais siraman berkah darinya. Do'aku kan selalu mengiringimu wahai guruku. Semoga amal baikmu terkabulkan segala kekhilafanmu dianpunkan. Bahtera cahaya berkahmu selalu kami nantikan dan panggillah kami sabagai santrimu dalam sorga nanti.


Setelah beliau wafat, maka KH. BADRUZZAMAN putra kesayangannya yang dilahirkan pada tahun 1876 M yang tak diragukan lagi kecerdasan serta kelincahannya ini, duduk sebagai pengasuh, menjadi pengasuh kedua di PP. AL MUQRI ASSALAFI .
Sebuah lembaga pendidikan yang tinggal pergi oleh pengasuhnya, biasa terlebih dahulu mengalami kemandekan.  Akan tetapi kebiasaan ini tidaklah sempat menyapa  PP. AL MUQRI ASSALAFI yang di asuh oleh KH. BADRUZZAMAN sebagai santri jebolan PP. AL ANWAR Sarang ini.
Pengasuh muda yang menguasai segala bidang ilmu ini, tak sedikitpun membuat PP. ALMUQRI ASSALAFI bergeser dari garis lurus yang telah ditorehkan oleh pendirinya. Bahkan saat kepengasuhan kiai muda yang juga jebolan PP. LIRBOYO ini pondok pesantren Al-Muqri As-Salafi terus mengalami perkembangan yang sangat pesat. Berbagai macam kegiatan dipondok pesantren yang terus memegang teguh kesalafan ini terus dilakukan dengan begitu serius.