skip to main |
skip to sidebar
ALASAN RASULULLAH SAW TIDUR DI DEPAN PINTU
Siti
Aisyah RA mengerti betul kepribadian suaminya, Rasulullah SAW. Hidup
dalam suasana keluarga memberinya kenangan indah yang kaya dari sikap
keseharian utusan Allah itu.
Nabi diketahui tak pernah mengeluh
meski keadaan kurang mendukung. Hatinya sangat lapang. Pernah Nabi tak
medapati makanan apapun untuk sarapan di meja dapurnya. Seketika Nabi
berniat puasa untuk hari itu.
Begitulah. Rasulullah tak ingin
menjadi beban orang lain, termasuk keluarganya sendiri. Nabi bahkan
selalu memanggil Aisyah dengan sapaan mesra ”ya humaira” (wahai pemilik
pipi kemerah-merahan).
Pengalaman lain yang tetap membekas di hati Aisyah adalah ”peristiwa di pagi buta”.
Suatu hari Aisyah dicengkram rasa khawatir. Hingga menjelang shubuh ia tidak menjumpai suaminya tersebut tidur di sebelahnya.
Dengan gelisah Aisyah pun mencoba berjalan keluar. Ketika pintu dibuka,
Aisyah terbelalak kaget. Rasulullah sedang tidur di depan pintu.
"Mengapa Nabi tidur di sini?"
"Aku pulang larut malam. Karena khawatir mengganggu tidurmu, aku tak
tega mengetuk pintu. Itulah sebabnya aku tidur di depan pintu," jawab
Nabi.
Dengan demikian, tidak aneh, setiap Aisyah ditanya soal
kepribadian Nabi, ia selalu menjawab tegas, kana khuluquhu al-qur'an.
Akhlaknya tak ubahnya al-Qur'an!
ok.lah law begito.......
BalasHapus